Powered By Blogger

Kamis, 30 Agustus 2012

KEANEKARAGAMAN FAUNA



FIRDAUS FAHDI
                                                      

KEANEKARAGAMAN FAUNA    

                                                                 BAB I


                                                         PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Peran biologi tanah dalam meningkatkan produktivitas lahan menjadi semakin penting ke depan ini karena makin meluasnya lahan pertanian yang salah kelola dan makin terbatasnya sumber daya pupuk anorganik.Berbagai jenis mikroba dan fauna tanah telah diketahui berpotensi sebagai pupuk hayati dan berbagai atribut biologi tanah mulai banyak digunakan sebagai indikator kualitas dan kesehatan tanah. Untuk itu, dalam eksplorasi dan telaah pemanfaatan biologi tanah perlu ditunjang oleh suatu penuntun analisis yang memadai agar data yang dihasilkan dapat diandalkan dalam menyusun teknologi pengelolaan tanah yang tepat.
Indonesia merupakan salah satu negara disebut “Mega Biodiversity” setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia, yang mana dari setiap jenis tersebut terdiri dari ribuan plasma nutfah dalam kombinasi yang cukup unik sehingga terdapat aneka gen dalam individu. Secara total keanekaragaman hayati di Indonesia adalah sebesar 325.350 jenis flora dan fauna. Keanekaragaman adalah variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumber daya, termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya. Sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka alam, suaka margasatwa,taman nasional, hutan lindung, dan sebagian lagi bagi kepentingan pembudidayaan plasma nutfah, dialokasikan sebagai kawasan yang dapat memberi perlindungan bagi keanekaragaman hayati (Arief, 2001).
Pada saat ini, informasi mengenai keanekaragaman fauna tanah khususnya mesofauna tanah. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan inventarisasi, sehingga dapat membantu dalam penyediaan data yang diperlukan untuk referensi bagi pihak pengelola. Mesofauna tanah adalah hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 0,16-10,4 mm. Menurut Setiadi (1989), peranan terpenting dari organisme tanah di dalam ekosistemnya adalah sebagai perombak bahan anorganik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Nutrisi tanaman yang berasal dari berbagai residu tanaman akan mengalami proses dekomposisi sehingga terbentuk humus sebagai sumber nutrisi bagi tanah. Dapat dikatakan bahwa peranan ini sangat penting dalam mempertahankan dinamika ekosistem alam. Selain itu Suharjono (1997), menyebutkan beberapa jenis fauna permukaan tanah dapat digunakan sebagai petunjuk (indikator) terhadap kesuburan tanah atau keadaan tanah. Keberadaan mesofauna tanah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu udara, suhu tanah dan pH tanah, sehingga perlu diketahui seberapa besar faktor lingkungan mempengaruhi keberadaan mesofauna tanah.

 B.TUJUAN

     Mengetahui jenis- jenis fauna tanah berdasarkan ukurannya.
     Mengetahui manfaat dari fauna tanah bagi kehidupan mahluk hidup.
     Mengetahui habitat yang paling banyak dihuni oleh fauna tanah dalam suatu lokasi.




                                                                          BAB II
                                                                   PEMBAHASAN


2.1. Lingkungan Tanah
    Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburannya (Rao, 1994).
Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, tembaga, seng dan mineral esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan mengubah karbon dioksida (dimasukkan melalui daun) menjadi protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat dan vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof bergantung. Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama dalam produktivitas bumi (Kimball, 1999).
    Fauna tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur (Suin, 1997).
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah., dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah.
    Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997). Menurut Wallwork (1970), besarnya perubahan gelombang suhu di lapisan yang jauh dari tanah  berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada permukaan tanah, tergantung pada vegetasi yang ada di atas permukaannya.
    Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan penelitian mengenai fauna tanah. Suin (1997), menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang pH-nya asam dan ada pula yang senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa. Untuk jenis Collembola yang memilih hidup pada tanah yang asam disebut dengan Collembola golongan asidofil, yang memilih hidup pada tanah yang basa disebut dengan Collembola golongan kalsinofil, sedangkan yang dapat hidup pada tanah asam dan basa disebut Collembola golongan indifferen. Metode yang digunakan pada pengukuran pH tanah ada dua macam, yaitu secara kalorimeter dan pH meter.
Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelembaban serta kondisi-kondisi serasi (Sutedjo dkk., 1996).

2.2. Fauna Tanah

   Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997). Beberapa fauna tanah, seperti herbivora, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup dari tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, fauna-fauna tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan yang masih hidup, meskipun adapula sebagai kehidupan fauna yang lain. Fauna tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof (makhluk hidup di luar tumbuh-tumbuhan dan bakteria yang hidupnya tergantung dari tersedianya makhluk hidup produsen) utama di dalam tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Dalam sistem tanah, interaksi biota tanah tampaknya sulit dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat dalam suatu jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).
    Burges dan Raw (1967) dalam Rahmawaty (2000), menjelaskan bahwa secara garis besar proses perombakan berlangsung sebagai berikut : pertama-tama perombak yang besar atau makrofauna meremah-remah substansi habitat yang telah mati, kemudian materi ini akan melalui usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses. Butiran-butiran tersebut dapat dimakan oleh oleh mesofauna dan atau makrofauna pemakan kotoran seperti cacing tanah yang hasil akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk feses pula. Materi terakhir ini akan dirombak oleh mokroorganisme terutama bakteri untuk diuraikan lebih lanjut. Selain dengan cara tersebut, feses juga dapat juga dikonsumsi lebih dahulu oleh mikrofauna dengan bantuan enzim spesifik yang terdapat dalam saluran pencernaannya. Penguraian akan menjadi lebih sempurna apabila hasil ekskresi fauna ini dihancurkan dan diuraikan lebih lanjut oleh mikroorganisme terutama bakteri hingga sampai pada proses mineralisasi. Melalui proses tersebut, mikroorganisme yang telah mati akan menghasilkan garam-garam mineral yang akan digunakan oleh tumbuh-tumbuhan lagi. Dengan melihat proses aliran energi yang dikemukakan oleh Burges and Raw (1967) dalam Rahmawaty (2000), dapat dikatakan bahwa tanpa adanya keberadaan mesofauna tanah, proses perombakan materi (dekomposisi) tidak akan dapat berjalan dengan baik.


2.3. Peranan Fauna Tanah

Salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang tidak terganggu seperti padang rumput, karena siklus hara berlangsung secara kontinyu. Arief (2001), menyebutkan, terdapat suatu peningkatan nyata pada siklus hara, terutama nitrogen pada lahan-lahan yang ditambahkan mesofauna tanah sebesar 20%-50%.
Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembusukan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :
    1). Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamur,
    2). Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin,
    3). Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,
    4). Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas,
    5). Membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah.

     Meskipun fauna tanah khususnya mesofauna tanah sebagai penghasil senyawa-senyawa organik tanah dalam ekosistem tanah, namun bukan berarti berfungsi sebagai subsistem produsen. Tetapi, peranan ini merupakan nilai tambah dari mesofauna sebagai subsistem konsumen dan subsistem dekomposisi. Sebagai subsistem dekomposisi, mesofauna sebagai organisme perombak awal bahan makanan, serasah, dan bahan organik lainnya (seperti kayu dan akar) mengkonsumsi bahan-bahan tersebut dengan cara melumatkan dan mengunyah bahan-bahan tersebut. Mesofauna tanah akan melumat bahan dan mencampurkan dengan sisa-sisa bahan organik lainnya, sehingga menjadi fragmen berukuran kecil yang siap untuk didekomposisi oleh mikrobio tanah (Arief, 2001). Tarumingkeng (2000), menyebutkan bahwa dalam suatu habitat hutan hujan tropika diperkirakan, dengan hanya memperhitungkan serangga sosial (jenis-jenis semut, lebah dan rayap), peranannya dalam siklus energi adalah 4 kali peranan jenis-jenis vertebrata.
Organisme-organisme yang berkedudukan di dalam tanah sanggup mengadakan perubahan-perubahan besar di dalam tanah, terutama dalam lapisan atas (top soil), di mana terdapat akar-akar tanaman dan perolehan bahan makanan yang mudah. Akar-akar tanaman yang mati dengan cepat dapat dibusukkan oleh fungi, bakteria dan golongan-golongan organisme lainnya (Sutedjo dkk., 1996).
Serangga pemakan bahan organik yang mambusuk, membantu merubah zat-zat yang membusuk menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Banyak jenis serangga yang meluangkan sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman atau sarang, pertahanan dan seringkali makanan. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuh-tubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan organiknya (Borror dkk., 1992). Wallwork (1976), menegaskan bahwa serangga tanah juga berfungsi sebagai perombak material tanaman dan penghancur kayu. Szujecki (1987) dalam Rahmawaty (2000), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan, adalah:
•    Struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi;
•    kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup;
•    suhu tanah mempengaruhi peletakan telur; 4) cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.
Suhardjono (2000), menyebutkan pada sebagian besar populasi Collembola tertentu, merupakan pemakan mikoriza akar yang dapat merangsang pertumbuhan simbion dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Di samping itu, Collembola juga dapat berfungsi menurunkan kemungkinan timbulnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Collembola juga dapat dijadikan sebagai indikator terhadap dampak penggunaan herbisida. Pada tanah yang tercemar oleh herbisida jumlah Collembola yang ada jauh lebih sedikit dibandingkan pada lahan yang tidak tercemar.
Keanekaragaman fauna tanah pada musim atau tipe permukaan tanah yang berbeda memiliki perbedaan. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian Suhardjono dkk. (1997), yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan keanekaragaman suku yang tertangkap pada musim dan lokasi yang berbeda. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Mercianto dkk. (1997), diketahui bahwa pada keanekaragaman tegakan yang berbeda terdapat perbedaan mengenai keanekaragaman jumlah suku dari serangga tanah (tegakan Dipterocarpaceae dan Palmae, tegakan Dipterocarpaceae, serta tegakan Dipterocarpaceae dan Rosaceae).

2.4. Keanekaragaman Fauna Tanah

    Pengelompokan terhadap fauna tanah sangat beragam, mulai dari Protozoa, Rotifera, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga Vertebrata. Fauna tanah dapat dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya. Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, periodik dan permanen. Berdasarkan habitatnya fauna tanah digolongkan menjadi golongan epigeon, hemiedafon dan eudafon. Fauna epigeon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organik tanah, dan yang eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan makannya fauna tanah ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungifora dan predator (Suin, 1997). Sedangkan fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya menurut Wallwork μ - 1 cm) dan makrofauna (lebih dari 1 cm). Menurut Suhardjono dan Adisoemarto (1997), berdasarkan ukuran tubuh fauna tanah dikelompokkan menjadi:
    Mikrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran tubuh < 0.15 mm, seperti: Protozoa dan stadium pradewasa beberapa kelompok lain misalnya Nematoda,
    Mesofauna adalah kelompok yang berukuran tubuh 0.16 – 10.4 mm dan merupakan     kelompok terbesar dibanding kedua kelompok lainnya, seperti: Insekta, Arachnida, Diplopoda, Chilopoda, Nematoda, Mollusca, dan bentuk pradewasa dari beberapa binatang lainnya seperti kaki seribu dan kalajengking,
    Makrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran panjang tubuh > 10.5 mm, sperti: Insekta, Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda, Mollusca, dan termasuk juga vertebrata kecil.
Odum (1998), menyebutkan bahwa mesofauna tanah meliputi nematoda, cacing-cacing oligochaeta kecil enchytracid, larva serangga yang lebih kecil dan terutama apa yang secara bebas disebut mikroarthropoda; dari yang akhir, tungau-tungau tanah (Acarina) dan springtail (Collembola) seringkali merupakan bentuk-bentuk yang paling banyak tetap tinggal dalam tanah. Beberapa contoh organisme yang khas yang diambil dari tanah dengan menggunakan alat yang dikenal dengan corong Barlese atau corong Tullgren yang serupa, diantaranya : dua kutu oribatida (Elulomannia, Pelops); proturan (Mikroentoman); japygida (Japyx); thysanoptera; simpilan (Scolopendrella); pauropoda (Pauropus); kumbang pembajak (Staphylinidae); springtail atau collembola (Entomobrya); kalajengking semu (cheloneathid); miliped (diplopoda); centipede (chilopoda); larva kumbang scarabarida atau “grub”.
Menurut Hole (1981) dalam Rahmawaty (2000), fauna tanah dibagi menjadi dua golongan berdasarkan caranya mempengaruhi sistem tanah, yaitu:
    Binatang eksopedonik (mempengaruhi dari luar tanah), golongan ini mencakup binatang-binatang berukuran besar, sebagian besar tidak menghuni sistem tanah, meliputi Kelas Mammalia, Aves, Reptilia, dan Amphibia.
    Binatang endopedonik (mempengaruhi dari dalam tanah), golongan ini mencakup binatang-binatang berukuran kecil sampai sedang (diameter < 1 cm), umumnya tinggal di dalam sistem tanah dan mempengaruhi penampilannya dari sisi dalam, meliputi Kelas Hexapoda, Myriopoda, Arachnida, Crustacea, Tardigrada, Onychopora, Oligochaeta, Hirudinea, dan Gastropoda.

Mesofauna tanah merupakan penghuni lingkungan tanah yang memberikan sumbangan energi dari suatu ekosistem. Hal ini disebabkan karena kelompok fauna tanah dapat melakukan penghancuran terhadap materi tumbuhan dan fauna yang telah mati. Dalam Wallwork (1976), menyebutkan serangga tanah berfungsi sebagai perombak material tanaman dan penghancur kayu.

2.5.Faktor Abiotik dan Jumlah Mesofauna Tanah

    Rata-rata suhu udara pada lahan hutan adalah 23,40 C, suhu tanah rata-rata adalah 25,90 C, dan pH tanah rata-ratanya adalah 6,6. Sedangkan jumlah mesofauna tanah yang diperoleh adalah sebanyak 775 individu. Rata-rata suhu udara pada lahan berumput adalah 29,6 0 C, suhu tanah rata-ratanya adalah 32,1 0 C.
Metode PCT (Pencuplikan Contoh Tanah), pada lahan berumput ditemukan 3 filum mesofauna tanah yaitu: Nematoda, Mollusca dan Arthropoda. Pada lahan hutan juga ditemukan 3 filum mesofauna tanah yang sama seperti pada tipe lahan berumput. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan Indeks Shannon diperoleh hasil, bahwa pada tipe lahan berumput memiliki nilai keanekaragaman 2,066 sedangkan pada tipe lahan hutan diperoleh indeks Shannon sebesar 1,598. Berdasarkan Magurran (1988) dalam Rahmawaty (2000) nilai Indeks Shannon pada kedua tipe lahan ini masih berada dalam satu kategori yaitu keanekaragaman sedang, yang nilainya berkisar antara 1,5-3,5. Bila dilihat dari tingkat Famili, pada tipe lahan berumput memiliki 24 Famili (suku) sedangkan pada lahan hutan memiliki 23 Famili. Sedangkan untuk tingkat ordonya, pada lahan hutan dan lahan berumput berturut turut adalah 15 Ordo dan 13 Ordo.
Setelah dilakukan pengurutan persentase terbesar sampai tiga tingkatan, pada kedua tipe lahan didominasi oleh Acari. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan dalam Borror dkk. (1996), bahwa Acari banyak terdapat di dalam tanah dan reruntuhan organik, dan biasanya jumlahnya melebihi Arthropoda lainnya. Pada lahan hutan urutan pertama ditempati oleh Famili Termitidae (59,74 %), hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel dilakukan di dekat sarang dari Famili ini. Banyaknya individu yang
Diperoleh juga disebabkan karena jenis ini merupakan jenis yang hidup berkoloni dan tersusun dalam kasta-kasta, sehingga jumlahnya sangat banyak. Hal ini terbukti dengan adanya kasta pekerja, prajurit dan calon raja (kalekatu) yang dimukan pada sampel tanah.
Tarumingkeng (2000), menyebutkan bahwa serangga sosial (jenis-jenis semut, lebah dan rayap), dalam siklus energi memiliki peran sampai 4 kali lipat bila dibandingkan dengan jenis-jenis vertebrata. Dalam Arief (2001), mengatakan kehidupan Termitidae pada hakekatnya merupakan kelompok yang sistem kehidupannya tertutup. Individu yang nampak tidak sehat ataupun yang mati akan dimakan oleh koloni mesofauna itu sendiri. Hasil dari pelumatan dan pengunyahan tersebut akan menambah kandungan bahan organik di tanah. Kelompok Termitidae juga membangun sarang dengan membuat bukui-bukit kecil, serta dilengkapi dengan saluran-saluran. Saluran yang terbentuk mempengaruhi porositas tanahnya. Lapisan tanah yang berada di sekitar sarang Termitidae juga mengandung lebih banyak bahan organik daripada tanah yang ada di sekitarnya. Selain itu, Termitidae juga merupakan perombak utama sumber daya hutan kayu hingga mencapai 80 % dalam waktu 8 bulan. Kelompok ini juga merupakan perombak primer dari serasah tanaman di permukaan tanah dan perombak humus di dalam tanah. Untuk urutan kedua dan ketiga pada lahan hutan ditempati oleh Famili Ixodidae dan Formicidae.
Untuk urutan pertama pada lahan berumput ditempati oleh Famili Ixodidae (27,72 %). Jenis ini merupakan laba-laba pemakan tumbuh-tumbuhan dan daun-daunan dan menyerang berbagai tumbuhan. Kadang-kadang terdapat dalam jumlah yang sangat besar (Borror dkk., 1996). Famili Tetranychidae menempati urutan kedua pada lahan berumput yaitu sebanyak 282 individu atau 21,89 %. Sedangkan pada lahan hutan ditempati oleh Famili Ixodidae yaitu 86 individu atau 11,10 %. Urutan ketiga dari persentase jumlah individu pada penutupan lahan berumput serta penutupan lahan hutan ditempati oleh Famili Formicidae. Namun pada lahan berumput memiliki persentase yang lebih besar (234 individu atau 18,17 %) dibandingkan pada penutupan lahan hutan (74 individu atau 9,55 %). Hal ini diduga karena pada penutupan lahan berumput merupakan habitat yang tersedia makanan dan tempat untuk mencari makan bagi Formicidae. Arief (2001), menyebutkan keberadaan mesofauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dengan tersedianya energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah.
Famili Formicidae (semut) memiliki cara hidup yang sama dengan jenis Termitidae (rayap), yaitu hidup berkoloni dan tersusun atas kasta-kasta. Wallwork (1976), mengatakan bahwa Formicidae dapat mencapai 70 % dari populasi fauna tanah tropika, sehingga famili ini dapat dijumpai dalam jumlah yang banyak. Untuk Ordo Coleoptera, pada lahan berumput lebih banyak dijumpai yaitu terdapat 5 Ordo, sedangkan pada lahan hutan hanya dijumpai 3 Ordo.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nooryanto (1987), yaitu mengenai Keanekaragaman Fauna Tanah di Perkebunan Kopi Muda Tlogo, dengan menggunakan metode perangkap sumuran, Ordo Collembola merupakan fauna tanah yang menempati posisi tertinggi dibandingkan fauna tanah lainnya. Sedangkan pada penelitian ini jumlah Collembola yang diperoleh hanya 28 individu pada lahan berumput dan 9 individu pada lahan bervegetasi hutan. Hal ini diduga karena adanya perbedaan metode dalam pengambilan sampel tanah. Suhardjono (2000), menyebutkan pada sebagian besar populasi Collembola tertentu, merupakan pemakan mikoriza akar yang dapat merangsang pertumbuhan simbion dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Di samping itu, Collembola juga dapat berfungsi menurunkan kemungkinan timbulnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Collembola juga dapat dijadikan sebagai indikator terhadap dampak penggunaan herbisida. Pada tanah yang tercemar oleh herbisida jumlah Collembola yang ada jauh lebih sedikit dibandingkan pada lahan yang tidak tercemar.
Permukaan tanah pada lahan berumput ditumbuhi oleh beberapa jenis rumput, yaitu terdiri dari 9 jenis. Sedangkan pada permukaan lahan hutan ditumbuhi oleh pepohonan dan beberapa jenis herba. Pada lahan hutan banyak terdapat herba yang terdiri dari Famili Araceae. Selain itu permukaan tanah tipe lahan ini cukup banyak mengandung serasah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarumingkeng (2000), yang mengatakan bahwa proses pertumbuhan hutan tropik yang pada umumnya terdiri atas berbagai spesies pohon, menghasilkan serasah dengan humifikasi yang cepat dan menumbuhkan berbagai jenis tumbuhan bawah. Pada penutupan lahan berumput, didominasi oleh rumput gajah (Pennisetum purpureum Schamach), dan pada lahan hutan didominasi oleh kayu ageng (Antidesma sp.), sira-sira dan kupi-kupi (Lachnastoma densiflora Val.) untuk tingkat pohon, serta Famili Araceae, semai kupi-kupi dan semai kayu ageng untuk tingkat herba. Dengan adanya serasah yang berasal dari vegetasi ini, mesofauna tanah yang terdapat di tanah, melakukan kegiatan dekomposisi untuk mengurai bahan yang ada menjadi lebih sederhana. Sutedjo dkk. (1996), mengatakan keadaan vegetasi dari suatu kawasan berpengaruh terhadap penambahan akumulasi humus. Pada tanah berumput yang permukaan tanahnya tertutup oleh tanaman, penghancuran akar-akar tanaman dan sisa-sisa tanaman yang telah mati dilakukan oleh bantuan mesofauna tanah secara berangsur-angsur. Sedangkan vegetasi dalam hutan, akumulasi bahan-bahan organik akan diolah oleh cacing tanah, serangga dan hewan-hewan tanah lainnya, sehingga terbentuk humus yang menjadi nutrisi bagi tanaman yang terdapat di hutan.


                                                                        BAB III
                                                                      PENUTUP


3.1.KESIMPULAN

Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembusukan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :
    Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamur,
     Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin,
     Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,
     Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas,
     Membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral
Tanah.   
   
Fauna tanah dikelompokkan menjadi:
(1). Mikrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran tubuh < 0.15 mm, seperti: Protozoa dan stadium pradewasa beberapa kelompok lain misalnya Nematoda,
(2). Mesofauna adala kelompok yang berukuran tubuh 0.16 – 10.4 mm dan merupakan     kelompok terbesar dibanding kedua kelompok lainnya, seperti: Insekta, Arachnida, Diplopoda, Chilopoda, Nematoda, Mollusca, dan bentuk pradewasa dari beberapa binatang lainnya seperti kaki seribu dan kalajengking,
(3). Makrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran panjang tubuh > 10.5 mm, sperti: Insekta, Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda, Mollusca, dan termasuk juga vertebrata kecil.

B.SARAN DAN KRITIK
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, saran  dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan untuk kami jadikan sebagai bahan perbaikan nantinya.
                 

                                                            DAFTAR PUSTAKA .
Ludwig J. A. and J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology : Primer Methods and Computing. John Wiley and Sons Inc. new York.

Magurran, A. E. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom Helm. London.
Mercianto, Y., Yayuk R. S. dan Dedy D. 1997. Perbandingan Populasi Serangga Tanah pada Tiga Keanekaragaman Tegakan Dipterocarpaceae. Prosiding Seminar Biologi XIV dan Kongres Nasional Biologi XI. Perhimpunan Biologi Indonesia Cabang Jakarta. Depok..

Nooryanto. 1987. Keanekaragaman Fauna Tanah di Perkebunan Kopi Tlogo Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang JawaTengah. Skripsi Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Terjemahan Tjahjono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Suhardjono, Y. R. 1997. Perbedaan Lima Macam Larutan yang Digunakan dalam Perangkap Sumuran pada Pengumpulan Serangga Permukaan Tanah. Prosiding Seminar Biologi XV. Perhimpunan Biologi Indonesia, Cabang Lampung dan Universitas Lampung. Lampung.
.
Suhardjono, Y. R. 2000. Collembola Tanah : Peran dan Pengelolaannya. Lokakarya Sehari Peran Taksonomi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Depok.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna tanah. Bumi Aksara. Jakarta.

Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Alumni. Bandung

Tarumingkeng, R. C. 2000. Serangga dan Lingkungan. www.tumoutou.net/serangga

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar