Powered By Blogger

Kamis, 30 Agustus 2012

HORMON


                                                         

HORMON

Firdaus fahdi
                         
                                               BAB I
                                                                  PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia menggunakan waktu dan usahanya untuk melakukan kegiatan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari, pada hakikatnya adalah untuk mempertahankan hidupnya. Makan, minum, istirahat, tidur, adalah tindakan yang secara sadar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sedangkan organ-organ tubuh misalnya jantung, ginjal, paru-paru, usus, bekerja untuk memenuhi kebutuhan tubuh melalui suatu mekanisme yang tidak kita sadari atau tidak kita kendalikan.
Tubuh manusia merupakan. suatu sistem yang bekeda dan menimbulkan usaha, mirip apabila kita bandingkan dengan suatu mesin. Organ-organ tubuh merupakan komponen-komponen yang saling mempengaruhi, bekerja sama secara terpadu. Apabila ada salah satu komponen yang tidak bekerja dengan baik, maka keseluruhan sistem akan merasakan dampaknya. Di samping itu tubuh manusia tidak. terlepas dari pengaruh ling¬kungan luar. Cuaca panas atau dingin, adanya bahaya yang mengancam, adanya rangsangan untuk bereproduksi pada hewan, merupakan tanda-tanda yang diterima melalui sistem syaraf, misalnya mata, telinga, raba dan lain-lainnya. Tubuh jugs harus mampu memberikan reaksi atau tanda-tanda dari dalam tubuh sendiri, misalnya rasa lapar, haus, lelah dan sebagainya.
Untuk dapat melakukan kegiatan dan dapat memberikan reaksi terhadap perubahan-perubahan eksternal maupun internal, diperlukan adanya koordinasi yang tepat di antara kegiatan organ-organ tubuh. Dalam hal ini sistem endokrin merupakan suatu sistem yang dapat menjaga berlangsungnya integrasi ke¬giatan organ tubuh. Hormon yang dihasilkan oleh sistem en¬dokrin ini memegang peranan yang sangat penting.
Sistem endokrin yang terdiri atas kelenjar-kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan sistem syaraf, mempunyai peranan penting dalam mengendalikan kegiatan organ-organ tubuh kita. Untuk itu kelenjar endokrin mengeluarkan suatu zat yang disebut hormon. Kelenjar endokrin ticlak mempunyai saluran, jadi hormon yang dihasilkan diangkut melalui sistem peredaran darah ke sel-sel yang dituju guna melangsungkan proses yang diperlukan oleh tubuh.
Kata "hormon" mempunyai arti senyawa yang merangsang. Istilah hormon diperkenalkan untuk pertama kali pada tahun 1904 oleh William Bayliss dan Ernest Starling untuk mene¬rangkan kerja sekretin, suatu molekul yang dihasilkan oleh duodenum yang merangsang keluarnya cairan pankreas. Konsep tentang hormon kemudian berkembang, bahwa '(1) hormon adalah molekul yang dihasilkan oleh jaringan tertentu (kelenjar); (2) hormon dikeluarkan langsung ke dalam darah yang mem¬bawanya ke tempat tujuan dan (3) hormon secara khas meng¬ubah kegiatan suatu jaringan tertentu yang menerimanya.
Hormon terdiri atas berbagai macam senyawa yang dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu:
a.    Steroid, yaitu androgen, estrogen dan adrenokortikoid.
b.    Derivat asam amino, yaitu epinefrin dan tiroksin.
Peptida-protein, yaitu insulin, glukagon, parathormon, oksi¬tosin, vasopresin, hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain-lainnya.

1.2. Tujuan
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat:
1.    Memahami pengertian sistem endokrin pada umumnya dan hormon yang dihasilkannya.,
2.    Menjelaskan tentang mekanisme kerja hormon pada umum¬nya.
3.    Menerangkan fungsi beberapa jenis hormon.
4.    Menjelaskan tentang sistem pengendalian hormon.


                                                                            BAB II
                                                                     PEMBAHASAN

2.1 KELENJAR ENDOKRIN PADA MANUSIA
Kelenjar endokrirt terletak pada bagian tubuh yang terpisah, tetapi kerjanya paling mempengaruhi satu sama lain, terkoordinasi dalam satu kesatuan yang disebut sistem hormon (sistem endokrin). Kelenjar endokrin yang terdapat pada tubuh manusia terdiri atas beberapa macam, di antaranya adalah sebagai berikut.
 

Gambar 2.1 Letak kelenjar endrokrin utama pada pria dan wanita (http://www.bio.psu.edu/course/bio414/human body.html).

2.1.1. Kelenjar Hipofisis (Pituitari)
Kelenjar hipofisis terletak di dalam lekukan tulang sela tursika di bagian tengah tulang baji. Hipofisis merupakan kelenjar buntu terbesar. Ukuran kelenjar tersebut kira-kira sebesar kacang dan terdiri atas tiga lobi.
1) Lobi Depart (Lobi Anterior)
Bagian lobi depan menghasilkan bermacam-macam hormon pengatur beberapa hormon lain, antara lain sebagai berikut.

a) Somatotrop Hormone (STH)
Somatotrop Hormone (STH) disebut juga hormon pertumbuhan yang bekerja menstimulasi pertumbuhan tubuh, terutama cakra epifisis dari tulang pipa. Kelebihan hormon tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan tersebut terjadi pada saat seseorang tidak tumbuh lagi maka akan menyebabkan penebalan pada tulang wajah, tengkorak, Langan, dan kaki yang disebut akromegali. Kekurangan hormon tersebut dapat menyebabkan tubuh menjadi kerdil (katai).
b)    Luteotropic Hormone (LTH)
Luteotropic Hormone (LTH) disebut juga hormon prolaktin atau laktogen yang berfungsi untuk merangsang kelenjar susu untuk mensekresikan susu.
c)    Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) disebut juga hormon teotrop yang berfungsi untuk merangsang sekresi kelenjar timid.
d)    Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) disebut juga hormon adrenotropin yang berfungsi untuk merangsang dan mengendalikan inkresi kelenjar korteks adrenal.
e)    Gonadotropic Hormone
Gonadotropic Hormone disebut juga hormon kelenjar kelamin. Hormon tersebut terdiri atas sebagai berikut.   
(1)    Folide Stimulating Hormone (FSH), , merangsang pertumbuhan dan pernatangan folikel. Folikel dalah sebuah gelembung kecil yang berisi ovum.
(2)    Luteinizing Hormone (LH), menyebabkan folikel yang telah matang pecah dan ovum keluar. Peristiwa itu disebut ovulasi. LH menyebabkan pula folikel yang telah pecah berubah menjadi korpus leteum yang menghasilkan hormon progesteron dan estrogen.
Pada laki-laki, FSH dan LH mengatur pembentukan hormon testosteron.

2).Lobi Tengah (Lobi Intermedia)
Pada manusia, bagian lobi tengah mengalami kemunduran (rudimenter) dan fungsi hormon yang dihasilkan belum jelas. Pada katak, bagian lobi tengah menghasilkan Melanocyte Stimu¬lating Hormone (MSH) atau intermedin. Hormon tersebut berperan dalam mengatur perubahan warns kulit, yaitu dengan mengatur penyebaran pigmen melanin pads sel-sel melanofora kulit.
3). Lobi Belakang (Lobi Posterior)
Lobi belakang menghasilkan beberapa macam hormon, yaitu vasopresin (ADH), pretesin, dan oksitosin. Vasopresin dan pretesin berfungsi untuk mempengaruhi tekanan darah, sedangkan oksitosin berperan dalam membantu proses kelahiran.
Kelenjar hipofisis wring juga disebut sebagai master of glands karena mampu menghasilkan bermacam-macam hormon yang mempengaruhi fungsi hormon-hormon lain. Untuk mempermudah memahami berbagai hormon yang dihasilkan hipofisis.

2.1.2. Kelenjar Gondok (Kelenjar Tiroid)
Kelenjar gondok terdiri atas dua lobi. Letak kelenjar tersebut di kanan dan kiri trakea daerah faring. Hormon yang dihasilkan adalah tiroksin yang terbentuk dari asam amino tiroksin dan yodium.
Fungsi hormon tiroksin adalah mempengaruhi metabolisme sel serta mempengaruhipertumbuhan, perkembangan, dan diferenstast jaringan tubuh. Hormon tiroksin mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan kedewasaan. Kekurangan tiroksin (hipotiroidisme) pada masa kanak-kanak min pertumbuhan tubuh dan mentalnya terganggu (kretinisme). Anak umur 14-15 tahun tubuhnya pendek, perut buncit, dan mentalnya terbelakang sehingga is tidak dapat makan sendiri. Pada orang dewasa, hipotiroidisme tidak begitu serius akibatnya karena pertumbuhannya sudah selesai. Keadaan itu disebut miksedema.

Gejalanya adalah kecepatan metabolisme turun, lemak di bawah kulit bertambah, kulit menjadi kasar, dan kegiatan fisik maupun mental menjadi lamban. Kekurangan tiroksin dapat disebabkan oleh kekurangan unsur I (yodium) pada makanan. Biasanya kelenjar tiroid menjadi besar sebagai penyesuaian untuk memperoleh unsur yodium semaksimal mungkin, disebut gondok.
Kelebihan hormon tiroksin disebut hipertiroidisme yang akan menyebabkan morbus Basedowi, yaitu metabolisme meningkat, denyut jantung meningkat, gugup, emosional, pelupuk mata terbuka lebar, dan bola mata terbelalak (eksoftalmus).

2.1.3. Kelenjar Anak Gondok (Kelenjar Paratiroid)
Kelenjar anak gondok terletak di permukaan belakang tiroid. Hormon yang dihasilkan adalah parathormon yang berfungsi dalam mengatur pemakaian ion Ca dan P pada jaringan. Kekurangan hormon tersebut dapat menyebabkan kekejangan otot (tetani).

2.1.4. Kelenjar Timus
Kelenjar tintus.merupakan tempat penimbunan hormon somatotrop. HoiIlion tersebut hanya berfungsi pada masa pertumbuhan saja.

2.1.5. Kelenjar Anak Ginjal (Kelenjar Adrenal)
Terletak di atas ginjal dan terdiri atas dua bagian, yaitu korteks dan medulla.
1) Korteks menghasilkan hormon sebagai berikut.
a. Cortisol (Glucocorticoid), mengaktifkan norepinefrin menjadi epinefrin. Keduanya menyebabkan kenaikan kadar gula darah.
b. Aldosteron (Mineralocorticoid), berfungsi dalam absorpsi Na' dan penambahan ekskresi K oleh ginjal serta terjadi penambahan volum cairan ekstraseluler.
2) Medulla menghasilkan hormon adrenalin yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah, mempercepat denyut jantung, dan memobilisasi gula dari hati,otot

2.1.6. Kelenjar Langerhans (Pankreas)
Kelenjar langerhans menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Kekurangan hormon insulin dapat mengakibatkan kencing manis (diabetes mellitus).

2.1.7. Kelenjar Usus dan Lambung
Kelenjar duodenum menghasilkan hormon sekretin yang berfungsi merangsang pengeluaran getah pankreas dan hormon kolesistokinin yang berfungsi merangsang pengeluaran cairan empedu. Kelenjar lambung menghasilkan hormon gastrin yang berfungsi merangsang pengeluaran getah lambung.

 2.1.8. Kelenjar Kelamin (Gonad)
Kelenjar kelamin mampu menghasilkan hormon dan sel-sel kelamin. 'Kelenjar kelamin tersebut dibedakan atas sebagai berikut.
1. Kelenjar Kelamin Pria (Testis)
 menghasilkan hormon androgen dan sel sperma. Diantara hormon androgen yang terpenting adalah[testosterolliengan fungsi mempertahankan proses spermatogenesis dan menghambat sekresi LH oleh hipofisis.
2. Kelenjar Kelamin Wanita (Ovarium)
Menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon yang meliputi sebagai berikut.
a. Estrogen dihasilkan oleh sel-sel folikel. Fungsi estrogen adalah menyebabkan ciri-ciri kelamin sekunder di awal masa remaja dan turut membantu dalam persiapan pembentukan endometrium untuk menerima embrio.
b. Progesteron, dihasilkan oleh korpus luteum, yaitu bekas folikel yang telah ditinggalkan ovum. Fungsi progesteron adalah menjagaT~balanendometrjgU menghambat produksi FSH oleh hipofisis, dan pada ibu yang habis bersalin, progesteron bersama laktogen berfungsi memperlancar produksi air susu.
2.2. HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON TEKNOLOGI (KB)
Pada dasarnya, pengembangan teknologi keluarga berencana (KB) adalah suatu upaya menjarangkan kelahiran dengan menerapkan prinsip-prinsip mekanisme kerja hormon, khususnya hormon kelamin (estrogen dan progesteron).
Dalam menjarangkan kelahiran digunakan cara kimia, cara hormon, cara mekanis, dan cara sterilisasi.
2.2.1.    Cara Kimia
Cara kimia digunakan untuk mematikan sperma (spermatisida). Dalam penggunaannya, spermatisida dapat dicampur dengan zat yang dikenal dengan nama jeli dan ada pula yang diwujudkan dalam bentuk krim atau busa.
2.2.2.  Cara Hormon
Dalam prakteknya, cara yang dipakai adalah dengan menggunakan suntikan atau pil yang mengandung estrogen dan progesteron sintesis. Zat-zat sintesis tersebut akan mempengaruhi hipotalamus sehingga sekresi hormon pelepas gonadotropin dihambat. Dengan demikian, produksi FSH dan LH oleh kelenjar pituitari pun dihambat. Akibatnya adalah perkembangan folikel yang normal maupun ovulasi tidak terjadi.
  2.2.3.  Cara Mekanis
Cara mekanis bertujuan untuk merintangi mekanisme lintasan sperma ke dalam uterus. Alat yang digunakan untuk tujuan tersebut, misalnya Intra Uterine Device (IUD), kondom, dan diafragma (cover cervix).
  2.2.4.  Cara Sterilisasi
Dewasa ini, umumnya cara paling akhir untuk menghindari kehamilan adalah dengan sterilisasi, yaitu dengan pemotongan atau pengikatan tuba Fallopii (tubektomi) sehingga tidak ada telur yang dapat dibuahi. Walaupun demikian, fungsi ovarium tetap berlanjut dengan siklus hormon yang normal. Sterilisasi pada prig dikenal dengan istilah vasektomi, yaitu pemotongan vas deferens dekat puncak kantong zakar. Dalam hal ini, aktivitas hormon testis tidak terganggu. Oleh karena itu, kopulasi maupun ejakulasi terjadi secara normal.

2.3. HUBUNGAN HORMON DENGAN SISTEM SARAF
Untuk mempertahankan keadaan tetap dalam sistem biologic hares ada sistem pengatur yang dapat membandingkan stimulus yang masuk dengan reaksi yang timbul serta menyesuaikan perbedaan antara keduanya. Sistem pengaturan yang bersifat integratif tersebut terdapat di daerah hipotalamus yang menerima stimulus endokrin maupun saraf dan bereaksi dengan mengeluarkar stimulus berupa sekresi dan impels.
Mekanisme pengaturan fisiologis dalam tubuh akibat stimulus yang datang dari luar dapat digambarkan dalam peristiwa adaptasi spontan, misalnya dalam menghadapi dan memberi tanggapan terhadap situasi stres. Untuk lebih memahami hubungan antara sistem hormon dan sistem saraf.

2.4. BEBERAPA JENIS HORMON
Hormon pada Saluran Pencernaam--antara lain Gastrin, Sekretin,Kolesistokinin dan Pankreozimin
Gastrin diproduksi oleh mukosa pilorik dan terbentuknya hormon ini dirangsang oleh adanya protein dari makanan atau  juga oleh asam lambung. Rangsangan mekanik berupa gerakan lambung juga dapat meningkatkan produksi gastrin.Hormon, dibawa oleh darah ke sel-sel tujuan dan mengakibatkan   
sel-sel tersebut mengeluarkan asam HC1 lebih banyak. Molekul gastrin adalah suatu heptapeptida.   
Sekretin diproduksi oleh mukosa usus, dan diangkut oleh darah ke pankreas. Hormon ini merangsang pankreas untuk mengeluarkan cairan pankreas yang mengandung. bikarbotW banyak. Sekretin adalah suatu polipeptida yang dapat diperoleh dalam bentuk kristal. Kemungkinan sekretin juga merangsafig   
aliran cairan usus dan merupakan salah satu faktor yang meningkatkan sekresi empedu oleh hati.   
Pada tahun 1943 ditemukan bahwa ada hormon yang terdapat dalam ekstrak mukosa usus halos dan disebut kolesis-tokinin. Berbeda dengan sekretin, hormon ini merangsang sekresi cairan pankreas yang mengandung banyak enzim. Hormon lain yang juga terdapat dalam mukosa usus halus bagian atas ialah pankreozimin. Pankreozimin tahan terhadap panas, tidak dapat dirusak oleh asam, tetapi tidak stabil terhadap alkali. Senyawa ini dapat dipisahkan dari sekretin dalam larutan alkohol dengan jalan pengendapan sekretin oleh garam empedu dan pengendapan pankreozimin oleh penambahan NaCl hingga jenuh. Pankreozirnin adalah suatu protein dan dapat diperoleh dalam keadaan murni. Molekul pankreozimin terdiri atas 33 buah asam amino. Pengeluaran hormon ini disebabkan oleh beberapa macam zat, antara lain kasein, dekstrin maltosa, laktosa dan lain-lain. Apabila sekretin merangsang keluamya cairan pankreas yang mf-.ngandung bikarbonat banyak dan hormon kolesistokinin merang¬sang keluamya cairan pankreas dengan kadar enzim tinggi, maka pankreozimin merangsang keluamya cairan pankreas dengan kadar bikarbonat maupun enzim tinggi.

2.4.1 Insulin
Setelah mengadakan penelitian yang mendalam, Banting clan Best pada tahun 1922 memperoleh insulin, suatu hormon yang diproduksi dalam sel pankreas, yaitu pada sel-sel langerhans atau "pulau-pulau langerhans". Sebagian besar sel-sel pankreas berfungsi untuk memproduksi cairan pankreas. Di samping itu ada sekelompok kecil sel-sel yang letaknya tidak teratur yang ditemukan oleh Langerhans pada tahun 1867. Sel-sel tersebut selanjutnya disebut sel-sel atau pulau-pulau langerhans. Fungsi insulin adalah merangsang sintesis enzim-enzim kinase dalam hati, misalnya kinase piruvat, glukokinase dan fosfofruktoki¬nase. Di samping itu insulin juga berfungsi sebagai penghambat atau penekan terbentuknya enzim-enzim glukoneogenik, misalnya glukosa-6-fosfatase, fruktosa-1,6-difosfatase, dan karboksilase pi¬ruvat. Dengan demikian insulin dapat mengendalikan proses metabolisms karbohidrat dan karenanya kadar glukosa dalam darah orang normal relatif konstan. Insulin adalah suatu protein dengan bobot molekul sebesar 5734 dan mempunyai titik is6listrik pada pH 5,3 sampai 5,36.
Hormon ini dengan alkali dapat bereaksi dan menimbulkan amonia, dan karenanya menjadi tidak -aktif lagi. Enzim pro¬teolitik yang dapat memecah protein, juga dapat merusak insulin. Kekurangan hormon insulin dalam tubuh mengakibatkan pe¬nurunan aktivitas enzim dalam proses glikolisis dan dengan demikian kadar glukosa menjadi lebih tinggi daripada keadaan normal.
Di samping peranannya dalam penggunaan glukosa bagi tubuh, insulin juga mempunyai pengaruh pada metabolisms protein dan asam nukleat. Sebagai contoh insulin mempermudah masuk¬nya asam amino ke dalam sel, meningkatkan sintesis protein dalam ribosom, dan mempengaruhi pembentukan mRNA. Insulin dapat dirusak oleh enzim insulinase dalam hati. Hal ini terlihat pada t1/2 untuk insulin yaitu 6,5 sampai 9 menit.

2.4.2. Glukagon
Hormon ini juga diproduksi oleh sel-sel Langerhans dalam pankreas. Glukagon mempunyai efek yang berlawanan dengan insulin, yaitu dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah dengan jalan meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati. Glukagon juga berfungsi mengaktifkan enzim siklase adenil yang mengubah ATP menjadi AMP siklik. Adanya AMP siklik dapat meningkatkan aktivitas enzim fosforilase yang bekeda sebagai katalis dalam proses penguraian glikogen menjadi glukosa-6-fosfat. Hal ini mengakibatkan kenaikan kadar glukosa dalam darah.

Glukagon adalah suatu protein yang dapat diisolasi dalam bentuk kristal. Pada pH = 7 kristal glukagon sukar larut dalam air, tetapi pada pH > 10 dan pada pH di sekitar 4 glukagon lebih mudah larut dalam air. Molekul glukagon merupakan rantai polipeptida lurus, terdiri atas 29 asam amino dan mempunyai bobot molekul 3482.

2.4.3. Hormon-hormon Adrenokortikoid
Hormon-hormon ini diproduksi pada kelenjar adrenal. Bina¬tang yang telah diambil kelenjar adrenal hanya dapat bertahan hidup satu sampai dua minggu dan hal ini disebabkan oleh tidak adanya jaringan adrenokortikal. Pada binatang yang tidak memiliki kelenjar adrenal terdapat gejala sebagai berikut:
a.    Gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
b.    Kadar urea darah naik, disebabkan antara lain fungsi ginjal menurun.
c.    Kelemahan pada otot yang merupakan akibat gangguan metabo¬lisme, karbohidrat Berta keseimbangan air dan elektrolit.
d.    Penurunan jumlah glikogen dalam hati.
e.    Kemampuan mengatasi pengaruh luar berkurang.
f.    Ada hambatan pertumbuhan tubuh sebagai akibat terhambat¬ns a anabolisme protein.
Beberapa orang ahli kimia, yaitu Rendall, Reichstein dan Wintersteiner telah berhasil mengisolasi 28 macam steroid dari adrenal korteks. Senyawa-senyawa tersebut dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu mineralokortikoid yang terutama bekerja pada metabolisme elektrolit atau mineral clan glukokortikoid yang mempunyai pengaruh terhadap metabolisme karbohidrat.
17-hidroksikortikosteron adalah hormon yang mempunyai pe¬ranan sangat penting dalam metabolisms karbohidrat dan protein, sedangkan deoksikortikosteron dan aldosteron adalah contoh hormon mineralokortikoid. Aldosteron 30 kali lebih aktif dari¬pada deoksikortikosteron. Penurunan volume darah atau penu¬runan tekanan darah akan merangsang peningkatan sekresi aldos¬teron yang selanjutnya akan mengembalikan volume dan tekanan darah pads keadaan normal. Di atas telah diberikan beberapa rumus struktur hormon adrenokortikal.

2.4.4. Hormon Kelenjar Tiroid
Hormon yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid mengandung iodium dan lebih dari setengah jumlah keseluruhan iodium tubuh terdapat dalam kelenjar tiroid. Pengeluaran hormon tiroid dipengaruhi oleh persediaan iodium dalam tubuh. Apabila terjadi defisiensi iodium, kecepatan pembentukan hormon mula¬mula tetap, tetapi persediaan iodium dalam kelenjar tiroid berkurang. Dalam keadaan demikian kelenjar tiroid berusaha mengambil iodium dari iodida yang terdapat dalam darah. Apabila defisit iodium menjadi makin besar, maka pengeluaran hormon berkurang. Kekurangan iodium dalam tubuh akan meng¬akibatkan terjadinya penyakit gondok. Beberapa hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid antara lain ialah tkoksin dan 3, 5, diiodotirosin.

2.5. SISTEM PENGENDALIAN HORMON
Mekanisme kerja sistem endokrin dikendalikan oleh hipotala¬mus, yaitu suatu organ tubuh yang terletak di bawah otak sebesar biji kacang yang mempunyai sistem syaraf tertentu. Hipotalamus mempengaruhi kelenjar pituitari atau hipofisis yang dapat mengeluarkan beberapa macam hormon. Sebagian dari hormon tersebut dapat merangsang kelenjar lain untuk menge¬luarkan hormon tertentu. Pengaruh hipotalamus terhadap sis¬tem endokrin dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk memberikan gambaran tentang sistem pengendalian hormon, berikut ini diberikan contoh yaitu pengendalian meta¬bolisme karbohidrat dan pengendalian keseimbangan air dalam tubuh.

2.5.1. Pengendalian Metabolisme Karbohidrat
Salah satu faktor penting dalam metabolisme ini ialah kadar gula dalam darah yang relatif konstan. Bila orang makan makanan sumber karbohidrat, maka glukosa yang terjadi diserap oleh darah melalui dinding usus. Dengan demikian pada saat di manusia kadar glukosa dalam darah bertambah. Agar kadar gluko¬sa dalam darah konstan, maka pankreas mengeluarkan hormon insulin. Hormon ini menyebabkan penguraian glikogen menjadi glukosa diperlambat. Sebaliknya apabila kadar glukosa dalam darah rendah, maka pankreas mengeluarkan hormon glukagon yang bekerjanya kebalikan dari insulin yaitu menaikkan kadar glukosa. Demikian pula kelenjar pituitari atau hipofisis mengeluarkan hormon pertumbuhan yang juga menaikkan kadar glukosa dalam darah.
Dalam kondisi normal, insulin, glukogen dan hormon per¬tumbuhan ada dalam keadaan keseimbangan sehingga kadar gluko¬sa dalam darah relatif konstan. Dalam situasi kritis misal¬nya kedinginan, ada bahaya dan ketakutan, maka tiga macam hormon lain memegang peranan yaitu adrenalin, kortison dan tiroksin. Bila ada situasi yang gawat misalnya ada bahaya, maka sistem syaraf dapat mengetahuinya dan meneruskan kepada kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Kelenjar ini menge-luarkan hormon adrenalin dan noradrenalin yang menyebabkan naiknya kadar glukosa darah pads bagian otot tertentu misalnya otot pads tangan dan kaki sehingga siap dipergunakan sewaktu¬waktu untuk memberikan energi yaitu untuk melawan bahaya atau untuk melarikan diri dari bahaya. Adrenal korteks menge¬luarkan hormon kortison yang juga mempunyai peranan menaik¬kan kadar glukosa darah bila ada tekanan fisiologis misalnya keadaan inflamasi, yaitu kulit berwarna kemerah-merahan terasa panas clan membengkak.
Hormon tiroksin bekerja untuk mengatur metabolisme glukosa bila tubuh berada dalam keadaan kedinginan. Dalam keadaan demikian kecepatan metabolisme glukosa diperbesar sehingga diha¬silkan banyak kalori guna mengimbangi keadaan dingin itu. Tahap-tahap prosesnya adalah sebagai berikut: keadaan dingin yang mengenai tubuh diterima oleh sistem, syaraf pusat kemudian sistem syaraf pusat itu mengaktifkan hipotalamus. Hipotalamus mempengaruhi kelenjar 'pituitari sehingga kelenjar ini menge¬luarkan hormon yang merangsang kelenjar tiroid, yaitu hormon TSH (thyroid stimulating hormone). Dengan rangsangan ini kelenjar tiroid mengeluarkan hormon tiroksin yang dapat mempercepat metabolisme glukosa.

2.5.2. Pengendalian Keseimbangan Air
Kira-kira 70% tubuh manusia terdiri dari air. Air mempunyai peranan penting karena reaksi-reaksi biokimia berlangsung dalam air dan zat-zat yang tidak berguna pun dikeluarkan dari dalam tubuh antara lain sebagai larutan dalam air, misalnya urine. Oleh karenanya air dalam tubuh harus dijaga agar tidak mengalami perubahan yang dapat merugikan tubuh.
Apabila kadar air dalam tubuh berkurang maka konsentra¬si darah bertambah besar. Syaraf penerima dalam hipotala¬mus mengetahui keadaan ini dan hipotalamus mempengaruhi pituitari sehingga pituitari mengeluarkan hormon antidiuretik atau ADH (anti diuretic hormone). ADH berperan untuk meng¬hambat keluarnya air dari ginjal. Hipotalamus juga mempenga¬ruhi ginjal melalui sistem syaraf hingga memproduksi renin. Renin ini menyebabkan terbentuknya angiotensin, suatu poli-peptida dalam hati. Hormon baru ini memperkuat keinginan untuk minum yang telah ditimbulkan oleh hipotalamus dan juga meningkatkan pengeluaran ADH. Pada waktu yang sama aldosteron dikeluarkan oleh adanya rangsangan dari angiotensi. Aldosteron dapat menghambat pengeluaran ion Na+ dari ginjal dan juga menghambat pembentukan urine.

2.6.  MEKANISME KERJA HORMON
Earl Sutherland memulai penelitiannya tentang mekanisme kerja enzim pada tahun 1950. Mula-mula itu bertujuan untuk mengetahui bagaimana epinefrin dan glukagon bekeda pads reaksi pemecahan glikogen dan pembentukan glukosa oleh hati. Yang diamati pertama kali ialah bahwa reaksi pemecahan gli¬kogen menjadi glukosa dipercepat oleh hormon-hormon tersebut. Epinefrin dan glukagon dapat bekeda pada reaksi tersebut. Pada penelitian lebih lanjut Sutherland menemukan bahwa ada¬nya epinefrin dan glukagon pada reaksi pemecahan glikogen telah menimbulkan terbentuknya suatu zat yang tahan pangs sebagai zat antara. Dari analisis kimia ternyata zat tersebut ialah AMP siklik, atau adenosin 3', 5' monofosfat.
Selanjutnya diketahui bahwa AMP ' siklik ini terbentuk dari ATP oleh enzim adenil siklase. AMP siklik dapat dihidrolisis oleh enzim fosfodiesterase menjadi AMP. Reaksi ini bersifat sangat eksergonik dan bila tidak ada fosfo¬diesterase, AMP siklik merupakan senyawa yang sangat stabil.
Hasil penelitian Sutherland lebih lanjut dapat menjelaskan konsep tentang mekanisme kerja hormon. Hal-hal penting pada konsep tersebut ialah :
1.    Set mengandung reseptor bagi hormon dalam membran plasma.
2.    Penggabungan hormon dengan reseptornya dalam membran plasma dapat merangsang siklase adenil yang juga terdapat dalam membran, plasma.
3.    Peningkatan aktivitas siklase adenil menyebabkan meningkat¬nya jumlah AMP siklik dalam set.
4.    ATP siklik bekerja dalam set untuk mengubah kecepatan satu atau beberapa proses.
Dari konsep tersebut dapat digambarkan mekanisme hormon serta peranan AMP siklik sebagai berikut: Adanya rangsangan dari luar maupun dari dalam menyebabkan kelenjar endokrin memproduksi dan mengeluarkan hormon ke dalam plasma darah. Setelah sampai pada sel yang menjadi tujuan, hormon bergabung dengan receptor dan meningkatkan aktivitas adenil siklase yang terdapat pada membran. Aktivitas adenil siklase yang meningkat ini menyebabkan peningkatan pembentukan AMP siklik yang terdapat dalam plasma sel yang dapat mengubah proses di dalam sel tersebut, misalnya aktivitas enzim, permeabilitas membran dan sebagainya. Keseluruhan proses yang berubah ini dapat terwujud dalam tindakan sebagai jawaban fisiologik atau usaha yang dilakukan oleh manusia. Proses, yang bersifat hormonal ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap, pertama, pembentukan hormon sampai tiba pada dinding sel atau plasma, sedangkan tahap kedua ialah peningkatan jumlah AMP siklik hingga terjadinya per¬tumbuhan atas proses dalam sel.
Kedua sistem komunikasi tersebut pada dasarnya sebagai penyampai berita. Sistem hormon dapat disamakan dengan efektor pada sistem saraf.



                                                                      BAB III
                                                                     PENUTUP

KESIMPULAN :
1.    Hormon yaitu bahan organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan terutama berfungsim sebagai pebgatur pertumbuhan, keseimbangan internal, reproduksi, dan tingkah laku.
2.    Kelenjar endrokrin utama yang terdapat pada manusia diantaranya adalah hipofisis, pituitari, tiroid, paratiroid, timus, lambung,usus, adrenal, pankreas dan kelenjar kelamin.
3.    Konsep tentang hormon kemudian berkembang, bahwa '(1) hormon adalah molekul yang dihasilkan oleh jaringan tertentu (kelenjar); (2) hormon dikeluarkan langsung ke dalam darah yang mem¬bawanya ke tempat tujuan dan (3) hormon secara khas meng¬ubah kegiatan suatu jaringan tertentu yang menerimanya.
4.    Hormon terdiri atas berbagai macam senyawa yang dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu: Steroid, yaitu androgen, estrogen dan adrenokortikoid,Derivat asam amino, yaitu epinefrin dan tiroksin.
5.    Peptida-protein, yaitu insulin, glukagon, parathormon, oksi¬tosin, vasopresin, hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain-lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar